Tim nasional Italia telah 17 kali ikut dalam Piala Dunia FIFA. Mereka
absen hanya pada 1930 dan 1958.
Federasi
Sepak Bola Italia (Federazione Italiana Giuoco Calcio; FIGC) berdiri
pada 1898 dan
bergabung dengan FIFA pada 1905. Italia
adalah negara kedua setelah Brasil yang paling sering menjuarai kejuaraan
bergengsi Piala Dunia dengan empat raihan trofi. Masing-masing diraih pada
tahun 1934, 1938, 1982 dan 2006. Selain itu, pada 1968 Italia juga berhasil
menjuarai Piala Eropa sebagai satu-satunya raihan trofi Henri Delauney yang
pernah direbut. Tim Italia dijuluki Gli Azzurri atau "si biru
langit" mengacu pada kostum utama mereka yang berwarna biru.
Prestasi Awal
Tim nasional Italia pertama kali
mencuat secara internasional pada tahun 1934 seiring
dengan gelaran Piala Dunia yang diadakan di sana. Italia, yang saat itu di
bawah komando Benito Mussolini berhasil meraih trofi mereka dengan
bantuan beberapa Oriundi, atau pemain keturunan Italia yang pernah membela
negara lain, terutama Argentina ada yang unik di Tim Italia yaitu 9
dari 11 pemain yang membela Gli Azzuri berasal dari klub Juventus seperti
Giampiero Combi, Virginio Rosetta, Luigi Bertolini, Felice Borel, Umberto
Caligaris, Giovanni Ferrari, Luis Monti, Raimundo Orsi dan Mario Varglien.
Empat tahun berselang Italia
berhasil mempertahankan gelar dalam hajatan yang diadakan di Perancis. Sukses
beruntun Italia tersebut tak lepas dari peran pelatih Vitorio Pozzo dan kapten tim Giuseppe Meazza. Sayangnya, Perang Dunia II memupus
harapan Italia untuk mencetak hattrick setelah dibatalkannya Piala Dunia
1942. Menjelang Piala Dunia 1950, Italia
mempunyai tim yang dihormati di kancah Eropa, di mana mayoritas pemainnya
berasal dari klub Torino dengan bintangnya Valentino Mazzola. Sayangnya, sebuah kecelakaan pesawat merampas nyawa
seluruh punggawa klub Torino, yang juga berarti mengurangi kekuatan Italia
secara signifikan di ajang Piala Dunia yang digelar di Brazil pada 1950.
Trofi Eropa
Selepas tragedi tersebut, Italia
tidak pernah berprestasi maksimal. Beberapa ajang Piala Dunia bahkan mencatat
sejarah buruk Azzurri, di antaranya yang dikenal dengan "Battle of Santiago" pada Piala Dunia 1962 di Cili. Partai antara tuan rumah Cili dan Italia tersebut dikenang sebagai salah satu
partai terbrutal dalam sejarah Piala Dunia menyusul banyaknya insiden antar
pemain. Kekalahan memalukan selanjutnya adalah ketika Italia tersisih di tangan
wakil Asia, Korea Utara di ajang Piala Dunia 1966 di Inggris.
Baru pada 1968, melalui pemain seperti Sandro Mazzola (putra dari Valentino Mazzola), Luigi Riva dan Omar Sivori, Italia merebut gelar prestisus
Kejuaraan Eropa setelah mengalahkan Yugoslavia dalam partai puncak. Keberuntungan menaungi Italia
ketika di semifinal mereka menyisihkan tim kuat Uni Sovyet melalui undian koin!
Tim yang memenangi Euro 1968 tersebut dipertahankan pada Piala Dunia 1970 di Meksiko. Italia melaju ke final setelah
melewati partai yang dikenang sebagai pertandingan terbaik sepanjang masa oleh World Soccer melawan Jerman Barat yang dimenangi Italia dengan skor 4-3 setelah
melewati dua kali perpanjangan waktu. Di final, Italia takluk di tangan tim
Samba, Brasil, yang diperkuat bintang seperti Pele, Carlos Alberto dan sebagainya.
Sepanjang dekade 70-an, Italia hampa
gelar. Satu-satunya prestasi terbaik setelah 1970 adalah
tampilnya Italia di semifinal Piala Dunia 1978 di Argentina. Saat itu Italia dilatih oleh Enzo Bearzot dan masih menampilkan Dino Zoff, kiper yang merebut gelar Euro 1968 sebagai penjaga gawang utama.
Era Enzo Bearzot
Menyongsong Piala Dunia 1982 yang
digelar di Spanyol,
kesebelasan Italia diguncang skandal setelah beberapa pemain dan klub lokal
terlibat judi totonero. Di antara pemain yang terhukum adalah striker Paolo Rossi yang juga tampil di Argentina 78. Meski
tidak banyak bermain di kompetisi akibat hukuman, Bearzot tetap memanggil Rossi
sebagai salah satu pemain di Piala Dunia 1982. Bearzot juga masih
mempertahankan Dino Zoff sebagai penjaga gawang, yang
sekaligus mengukir rekor pemain tertua yang berlaga di Piala Dunia dengan usia
lebih dari 40 tahun.
Italia memulai Piala Dunia dengan
tidak meyakinkan setelah hanya lolos dari penyisihan Grup 1 dengan modal 3 kali
seri. Di pertandingan pertama, kekuatan baru Eropa saat itu, Polandia berhasil menahan seri Italia. Tetapi, melawan tim
yang dianggap kelas dua, Peru, Italia
kembali hanya bisa memaksakan hasil imbang. Gol Bruno Conti dibalas Peru tujuh menit
jelang pertandingan usai. Pertandingan selanjutnya lebih parah. Melawan Kamerun, yang notabene merupakan debutan di Piala Dunia,
lagi-lagi Italia bermain seri 1-1. Gol dicetak oleh Francesco Graziani, striker Fiorentina pada saat itu. Mengumpulkan nilai 3
dari tiga kali imbang, poin Italia disamai oleh Kamerun. Italia beruntung punya
tabungan mencetak gol yang lebih banyak daripada Kamerun.
Di babak selanjutnya, Italia
tergabung bersama Grup C, grup maut yang dihuni oleh juara bertahan Argentina dan tim kuat Brasil yang diperkuat pemain handal macam Socrates dan Falcao. Italia beruntung bisa mengalahkan Argentina dengan skor 2-1. Dua gol
dicetak oleh gelandang Marco Tardelli dan Antiono Cabrini. Hal itu memicu kecaman terhadap taktik Bearzot, dan
stok penyerang yang dibawanya. Bearzot menerapkan taktik catenaccio, mengutamakan pertahanan yang ketat. Salah satu
episode terkenal adalah penjagaan ekstraketat dari Claudio Gentile terhadap bintang Argentina, Diego Maradona.
Sebagai respon terhadap kritik, Paolo Rossi yang masuk tim secara kontroversial
memperlihatkan ketajamannya, di antaranya menjebol tiga kali gawang Brazil di pertandingan kedua Grup C. Rossi membobol gawang Brazil dari menit ke-5, dan disamakan oleh Socrates pada menit ke-12. Rossi membawa
Italia unggul sampai babak pertama berakhir ketika pada menit ke-25 dia
mencetak gol keduanya di turnamen. Brazil membalas di babak kedua, dengan Falcao memjebol gawang Dino Zoff di menit 68. Selang 6 menit
kemudian, Rossi melengkapi hattricknya dan membawa Italia unggul sampai
pertandingan selesai. Kemenangan 3-2 itu membawa Italia memuncaki grup dan
kembali menantang Polandia di semifinal.
Duel di semifinal yang merupakan
ulangan duel di awal turnamen berhasil dimenangi Italia 2-0. Paolo Rossi mencetak gol keempat dan kelimanya
di turnamen dengan memborong dua gol atas Polandia yang di antaranya diperkuat Zbigniew Boniek. Di lain pihak, Jerman Barat sukses menghempaskan Perancis lewat adu penalti setelah skor imbang 3-3. Dua partai
semifinal menghasilkan pertemuan klasik antara Jerman Barat dan Italia, ulangan semifinal Piala Dunia 1970 yang
seru.
Duel antar juara dua kali Piala
Dunia tersebut berakhir dengan kemenangan Azzurri. Magi Rossi kembali
membawa tuah bagi Italia ketika dia mencetak gol keenam di turnamen ini
sekaligus membuka skor. Marco Tardelli menambah keunggulan Italia, yang
dilengkapi dengan gedoran Alessandro Altobelli untuk membawa negeri spaghetti itu memimpin 3 gol. Jerman hanya memperkecil kedudukan melalui satu gol Paul Breitner. Hasil akhir 3-1 untuk kemenangan
Italia. Itu menjadi titel dunia ketiga bagi Italia sekaligus menyamai raihan
titel Brasil. Paolo Rossi tampil sebagai pemain terbaik turnamen dan meraih sepatu emas
dengan 6 gol-nya.
Ironisnya, Italia justru tidak lolos
ke putaran final Euro 1984, meski masih bermaterikan tim juara dunia dan pelatih
Enzo Bearzot. Prestasi Italia juga tidak meyakinkan selama sisa dekade 80-an,
dan baru bangkit pada 1990 ketika
mereka menjadi tuan rumah Piala Dunia. Italia terhenti di semifinal oleh Argentina bersama Diego Maradona, yang merupakan juara bertahan,
dalam drama adu penalti. Di playoff, Italia berhasil mengalahkan Inggris dan merebut gelar hiburan sebagai peringkat ketiga.
Dekade 90-an
Pada 1994, Italia
yang diperkuat bintang Juventus, Roberto Baggio dan beberapa pemain AC Milan berhasil melaju sampai final
menghadapi Brasil. Baggio menjadi bintang ketika mencetak rangkaian gol penentu menuju
final. Sayangnya, justru Baggio pula yang menjadi biang kekalahan Italia ketika
dirinya gagal mencetak gol dalam drama adu penalti. Selain Baggio, kapten
Italia dan AC Milan, Franco Baresi juga gagal. Raihan Italia kembali
disalip oleh Brasil dengan empat titel.
Tahun 1996 dan 1998 adalah catatan
kegagalan Italia, masing-masing di Euro 96 (yang digelar di Inggris) dan Perancis 98. Italia
tersisih di penyisihan grup setelah kalah dalam selisih gol dengan Republik Ceko. Di Piala Dunia 1998, Italia gagal di tangan Perancis melalui adu penalti. Perancis kemudian meraih gelar
juara Piala Dunia.
Duel antara Italia dan Perancis
kembali berulang di final Piala Eropa 2000 yang digelar di Belanda-Belgia. Di final, Italia unggul 1-0 sampai menit terakhir injury time
ketika penyerang Perancis Sylvain Wiltord membawa malapetaka dengan membobol
gawang kiper Italia Francesco Toldo untuk memaksakan perpanjangan
waktu. Di babak perpanjangan waktu, David Trezeguet berhasil mencetak gol untuk
Perancis. Saat itu sistem permainan menggunakan sistem Sudden Death, sehingga Italia dipastikan kalah di final. Kekalahan
tragis itu membayangi Italia di Piala Dunia 2002 setelah
mereka dipukul oleh tuan rumah Korea Selatan. Pasca kekalahan di Piala Dunia 2002, kapten Paolo Maldini
mengundurkan diri sekaligus mengukir rekor sebagai pemain dengan 126 caps,
terbanyak sepanjang masa.
Drama berlanjut di Piala Eropa 2004. Pelatih Giovanni Trapattoni yang juga
menangani Azzurri di Jepang-Korea 2002 gagal membawa
Italia lolos penyisihan setelah hanya mengumpulkan nilai 5 dari tiga kali
bertanding. Dua tim Skandinavia, Swedia dan Denmark menyisihkan Italia melalui hitung-hitungan selisih
gol yang rumit. Kegagalan itu mengakibatkan Trapattoni mundur dan digantikan
oleh Marcello Lippi.
Piala Dunia 2006
Pelatih Marcello Lippi membawa
Italia lolos ke Piala Dunia 2006 yang digelar di Jerman. Italia lolos ke Jerman
setelah menjuarai grup dalam Kualifikasi Piala Dunia, dan
kemudian tergabung dalam Grup E bersama Republik Ceko, Amerika Serikat dan Ghana. Sebelum
Piala Dunia, skandal kembali marak ketika dakwaan terhadap beberapa klub yang
mengguncang persepak bolaan Italia digulirkan. Kasus yang populer dengan
istilah calciopoli tersebut menyita
konsentrasi sejumlah pemain Italia yang klubnya terlibat.
Pada pertandingan pertama, Italia
berhasil mengatasi Ghana dengan skor 2-0. Andrea Pirlo dan Vincenzo Iaquinta mencetak gol-gol untuk Italia. Di
pertandingan kedua, Italia bermain imbang dengan Amerika Serikat, 1-1. Alberto Gilardino mencetak
gol untuk Italia sebelum Cristian Zaccardo membuat gol bunuh diri untuk
membuat pertandingan imbang. Pertandingan penentuan melawan Republik Ceko
berhasil dimenangkan ketika Marco Materazzi dan Filippo Inzaghi mencetak dua gol kemenangan Italia
sekaligus meloloskan tim Azzurri ke babak selanjutnya.
Di fase knock-out, Italia
bertemu dengan Australia yang keluar sebagai runner up Grup F. Pertandingan
dimenangkan pada menit terakhir ketika Francesco Totti berhasil mengeksekusi penalti yang
diberikan wasit akibat pelanggaran kepada bek Fabio Grosso oleh pemain Australia. Di perempat
final, Italia menyisihkan Ukraina dengan skor 3-0. Luca Toni membuat dua gol, dan satu tambahan
gol dari Gianluca Zambrotta membuat
Italia melenggang ke semi final untuk pertama kalinya sejak 1994. Di
semifinal, tuan rumah Jerman menantang Italia. Dalam pertandingan yang diadakan di Dortmund, kedua tim bermain terbuka dan
atraktif sehingga banyak disebut sebagai pertandingan terbaik Piala Dunia.
Italia mengulangi memori drama perpanjangan waktu Piala Dunia 1970, ketika jelang usai perpanjangan
waktu kedua, Fabio Grosso mencetak gol mematikan dari dalam kotak penalti. Alessandro Del Piero menyempurnakan
malam untuk Italia sekaligus mengirim Jerman ke playoff tempat ketiga.
Di final, Italia menghadapi Perancis yang lolos setelah menyingkirkan favorit Brasil dan Portugal.
Final Piala Dunia 2006 berlangsung
di Berlin. Perancis
memimpin terlebih dahulu melalui penaltiZinedine Zidane setelah Florent Malouda terganjal Marco Materazzi. Tak lama kemudian, Materazzi
membalas dengan mencetak gol sundulan menyambut tendangan pojok Andrea Pirlo. Materazzi pula yang menjadi aktor
terusirnya bintang Perancis, Zidane, setelah dirinya ditanduk. Sampai
berakhirnya dua kali perpanjangan waktu, kedua tim gagal mencetak gol dan
pertandingan dilanjutkan dengan adu tendangan penalti. Kelima eksekutor Italia
berhasil menyarangkan gol, sementara David Trezeguet gagal mencetak gol untuk Perancis.
Italia akhirnya menjadi juara dunia untuk keempat kalinya. Italia mencatat
hanya dua kali kebobolan, satu melalui gol bunuh diri Zaccardo, dan satu
melalui penalti Zidane. Hasil itu membuktikan bahwa pertahanan masih menjadi
tradisi Italia sesuai dengan pakem catenaccio yang mereka anut.
Skuat Italia
di Piala Dunia 2006:
- Penjaga gawang: 1 Gianluigi Buffon (Juventus) 12 Angelo Peruzzi (SS Lazio) 14 Marco Amelia (AS Livorno)
- Belakang: 2 Christian Zaccardo (US Palermo) 3 Fabio Grosso (US Palermo) 5 Fabio Cannavaro (Juventus) 6 Andrea Barzagli (US Palermo) 13 Alessandro Nesta (AC Milan) 19 Gianluca Zambrotta (Juventus) 22 Massimo Oddo (SS Lazio) 23 Marco Materazzi (Inter Milan)
- Tengah: 4 Daniele De Rossi (AS Roma) 8 Gennaro Gattuso (AC Milan) 16 Mauro Camoranesi (Juventus) 17 Simone Barone (US Palermo) 20 Simone Perrotta (AS Roma) 21 Andrea Pirlo (AC Milan)
- Depan: 7 Alessandro Del Piero (Juventus) 9 Luca Toni (Fiorentina) 10 Francesco Totti (AS Roma) 11 Alberto Gilardino (AC Milan) 15 Vincenzo Iaquinta (juventus) 18 Filippo Inzaghi (AC Milan)
- Pelatih: Marcello Lippi
Paska Piala Dunia 2006
Setelah kemenangan di Piala Dunia,
Marcello Lippi mengumumkan pengunduran dirinya. Roberto Donadoni, mantan pemain AC Milan dan pelatih klub Livorno ditunjuk sebagai pengganti Lippi.
Pengunduran Lippi rupanya juga diikuti mundurnya dua pilar Azzurri di masa
Lippi, Francesco Totti dan Alessandro Nesta. Hal itu menambah berat beban
Donadoni untuk meloloskan Italia ke putaran final Euro 2008 di Swiss-Austria. Meski dengan
awalan yang kurang sempurna, Italia akhirnya berhasil memastikan lolos ke
putaran final Euro 2008 setelah memenangi laga melawan Skotlandia.
Di putaran final, Italia tergabung
di Grup C bersama dua kandidat juara lainnya, Belanda dan Perancis, plus kuda hitam Rumania. Pada pertandingan pertama, Italia takluk 0-3 dari
Belanda. Selanjutnya Italia ditahan Rumania 1-1 dan mengalahkan Perancis 2-0 untuk
melaju ke perempat final melawan juara Grup D, Spanyol. Italia akhirnya tersingkir lewat drama adu penalti,
setelah skor 0-0 bertahan hingga usai dua kali perpanjangan waktu. Spanyol yang
mengalahkan Italia, akhirnya menjadi juara Piala Eropa 2008.
Buntut dari kegagalan di Piala Eropa 2008 adalah
dengan dipecatnya pelatih Roberto Donadoni oleh Federasi Sepak Bola Italia
(FIGC). FIGC kemudian menunjuk kembali mantan pelatih tim nasional Italia di Piala Dunia 2006, Marcello
Lippi, untuk menangani Italia di kualifikasi Piala Dunia 2010.
Rekor Piala Dunia
- 1930 - Tidak ikut
- 1934 - Juara
- 1938 - Juara
- 1950 - Babak 1
- 1954 - Babak 1
- 1958 - Tidak lolos
- 1962 - Babak 1
- 1966 - Babak 1
- 1970 - Tempat kedua
- 1974 - Babak 1
- 1978 - Tempat keempat
- 1982 - Juara
- 1986 - Babak 2
- 1990 - Tempat ketiga
- 1994 - Tempat kedua
- 1998 - Perempat final
- 2002 - Babak 2
- 2006 - Juara
- 2010 - Babak 1
Rekor Piala Eropa
- 1960 - Tidak ikut
- 1964 - Tidak lolos
- 1968 - Juara
- 1972 - Tidak lolos
- 1976 - Tidak lolos
- 1980 - Tempat keempat
- 1984 - Tidak lolos
- 1988 - Semifinal
- 1992 - Tidak lolos
- 1996 - Babak 1
- 2000 - Tempat kedua
- 2004 - Babak 1
- 2008 - Perempat final
- 2012 - Tempat kedua
0 komentar:
Posting Komentar