Liverpool
Football Club (dikenal pula sebagai Liverpool
atau The Reds) adalah sebuah klub sepak
bola asal Inggris
yang berbasis di Kota Liverpool.
Saat ini Liverpool adalah peserta Liga Utama
Inggris..
Liverpool
telah memenangkan 5 trofi Liga Champions UEFA
(dulu Piala
Champions) dan merupakan klub dengan
pemegang gelar juara Liga Champions UEFA
terbanyak di Inggris dan ketiga di Eropa setelah Real
Madrid dan AC
Milan.
Selain itu Liverpool juga pemegang masing-masing 3 gelar juara Liga Eropa UEFA
dan Piala Super UEFA.
Di
kompetisi domestik, Liverpool adalah klub dengan 18 gelar juara Liga Inggris,
7 Piala FA,
serta 7 kali juara Piala Liga.
Liverpool
didirikan pada tahun 1892
dan bergabung dengan Football League
pada tahun berikutnya. Klub ini telah bermain di Stadion
Anfield sejak pembentukannya yang terletak
sekitar 4,8 km dari pusat kota Liverpool.
Periode
paling sukses dalam sejarah Liverpool adalah pada tahun 1970-an
dan 1980-an
ketika Bill Shankly
dan Bob Paisley
memimpin klub dengan sebelas gelar liga dan tujuh piala Eropa.
Liverpool memiliki sejarah persaingan yang panjang dengan klub tetangganya Everton dan juga dengan Manchester United. Persaingan dengan klub sekota terkenal dengan nama Derby Merseyside.
Liverpool memiliki sejarah persaingan yang panjang dengan klub tetangganya Everton dan juga dengan Manchester United. Persaingan dengan klub sekota terkenal dengan nama Derby Merseyside.
Masa awal dan pembentukan
Liverpool
didirikan pada tanggal 15
Maret 1892 sebagai akibat
perseteruan antara Komite Everton FC dengan John Holding
sebagai Presiden Klub yang juga pemilik stadion Anfield.
Sebelumnya pada tahun 1891
John Houlding, sebagai penyewa dari Stadion
Anfield, membeli tanah tersebut secara
langsung dan mengusulkan meningkatkan harga sewa dari £ 100 sampai £ 250 per
tahun.
Everton,
yang telah bermain di Anfield selama tujuh tahun, menolaknya dan terjadi perseteruan.
Liverpool tahun 1892-93
Akibat
dari perseteruan itu, Everton
akhirnya pindah ke stadion Goodison
Park dan John Holding menjadikan stadion Anfield
sebagai kandang Liverpool sampai sekarang
Klub
sempat diberi nama Everton FC and Athletic Grounds, Ltd., atau diringkas
Everton Athletic, namun Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA)
menolak mengakui ada dua tim bernama Everton.
Pada bulan Juni
1892,
John Houlding akhirnya memilih nama Liverpool F.C. sebagai nama baru, dan
Liverpool menjelma menjadi kekuatan serius di kompetisi sepak bola Inggris.
Mengawali
debutnya sebagai klub sepak bola profesional Liverpool bermain di Liga
Lancashire dan berhasil menjadi juara sebelum akhirnya bergabung dengan
Divisi II Liga Inggris (sekarang bernama Football League Championship)
pada musim 1893-94. Pada musim pertamanya di Divisi II, Liverpool langsung
menjadi juara dan berhak untuk promosi ke Divisi I (sekarang bernama Liga Primer Inggris).
Liverpool tidak menunggu lama untuk menjadi juara liga, karena pada musim
pertamanya di Divisi I ini (1900-01), Liverpool sukses menjuarai Divisi I dan
mengulanginya lagi lima tahun kemudian.
Masa perkembangan
Final
Piala FA
pertama dilakukan pada tahun 1914,
meskipun akhirnya mereka dikalahkan Burnley
1-0. Setelah itu Liverpool berhasil meraih juara liga 2 musim berturut-turut
yaitu musim 1921-22 dan 1922-23, namun tidak mendapatkan tropi lagi sampai
musim 1946-47 ketika berhasil meraih gelar liganya yang ke 5. Setelah berada di
Divisi I selama lebih dari 50 tahun, akhirnya Liverpool mengalami kemerosotan
dan terdegradasi ke Divisi II pada musim 1953-54.
Beberapa
saat setelah Liverpool dikalahkan oleh Worcester City,
klub di luar Football League
pada Piala FA musim 1958-59, Bill
Shankly ditunjuk sebagai manajer pada
bulan Desember
1959.
Shankly merombak tim secara besar-besaran dengan melepas 24 pemain lama dan
menggunakan sebuah ruangan di stadion Anfield
untuk menggelar rapat kepelatihan. Ruangan ini di namakan 'The Boot Room' yang
berhasil melahirkan manajer-manajer legendaris Liverpool di kemudian hari.
Di
ruangan inilah Bill Shankly dan anggota 'Boot Room' lainnya seperti Bob
Paisley, Joe
Fagan dan Reuben Bennett
mulai membangun kekuatan Liverpool yang membuat iri tim lain. Hasil dari
renovasi yang dilakukan oleh Bill
Shankly mulai membuahkan hasil ketika
berhasil promosi kembali ke Divisi I pada musim 1961-62 dan menjadi juara liga
pada musim 1963-64.
Masa kejayaan
Liverpool
meraih era terbaiknya saat dibawah manajer Bill
Shankly. Pelatih ini kemudian menjadi
legenda Liverpool. Ia sangat dihormati karena berhasil membawa Liverpool kembali
ke divisi satu setelah sebelumnya berada di divisi dua selama 8 musim. Untuk
menghormati jasanya, dibuatlah patung Bill Shankly di pintu masuk Anfield.
Pemain-pemain yang terkenal pada masa ini termasuk Ray Clemence,
Mark Lawrenson,
Graeme Souness,
Ian Callaghan,
Phil Neal,
Kevin Keegan,
Alan Hansen,
Kenny Dalglish
(102 cap), dan Ian
Rush (346 gol)
Era Bill Shankly
Setelah
menjuarai Piala FA
yang pertama pada tahun 1965
dan menjuarai liga pada musim 1965-66, Bill
Shankly berhasil mempersembahkan gelar
juara liga dan Piala
UEFA pada musim kompetisi 1972-73. Musim
berikutnya Bill
Shankly berhasil mempersembahkan gelar Piala
FA setelah membantai Newcastle
United 3-0. Tidak ada yang menyangka bahwa
gelar Piala FA
itu merupakan persembahan terakhir dari seorang Bill Shankly. Karena secara
tiba-tiba Bill Shankly memutuskan untuk pensiun.
Pemain
dan Liverpudlian ( julukan untuk penggemar fanatik Liverpool FC ) berusaha
untuk membujuk, bahkan para pekerja di Liverpool mengancam akan melakukan mogok
kerja. Tetapi Bill Shankly tetap pada pendiriannya dan menyerahkan tongkat
manajerial kepada asisten-nya yaitu Bob
Paisley. Bill Shankly akhirnya pensiun
pada tahun 1974
dan bergabung dengan Liverpudlian di tribun The Kop.
Era Bob Paisley
Kejayaan
Liverpool bersama Bill Shankly dilanjutkan Bob Paisley yang pada saat itu
berusia 55 tahun. Dia menjabat sebagai manajer Liverpool dari tahun 1974
sampai 1983
dan hanya pada awal tahun Bob Paisley tidak dapat memberikan gelar untuk
Liverpool. Selama 9 tahun Bob
Paisley menjabat sebagai manajer Liverpool
FC, ia memberikan total 21 tropi, termasuk 3 Piala Champions,
1 Piala UEFA,
6 juara Liga Inggris
dan 3 Piala Liga
secara berturut-turut.
Dengan
semua gelar itu tidak salah bila Bob
Paisley menjadi manajer tersukses yang
pernah menangani klub Inggris. Tidak hanya sukses memberikan gelar untuk
Liverpool FC, tetapi Bob
Paisley juga sukses dalam melakukan
regenerasi di tubuh Liverpool FC dengan tampilnya para bintang muda seperti: Graeme Souness,
Alan Hansen,
Kenny Dalglish
dan Ian Rush.
Walaupun Bob Paisley
akan mewariskan sebuah skuat muda yang sangat hebat dan berbakat, tetapi dengan
semua torehan gelar itu akan menjadi sangat berat buat siapapun penerusnya.
Era Joe Fagan
Paisley
pensiun pada tahun 1983
dan digantikan oleh asistennya Joe
Fagan[15].
Sebagai penerus Bob Paisley, Joe
Fagan yang pada saat itu berusia 62 tahun, di
musim pertamanya berhasil mempersembahkan treble buat Liverpool yaitu juara Liga Inggris,
juara Piala Liga
dan juara Piala Champions.
Raihan ini menjadikan Liverpool FC sebagai klub sepak bola pertama di Inggris
yang berhasil meraih 3 gelar juara sekaligus dalam 1 musim kompetisi.
Sayangnya,
catatan keemasan itu sedikit ternoda oleh insiden di Stadion
Heysel. Insiden yang terjadi sebelum
pertandingan final Piala
Champion antara Liverpool dan Juventus F.C.
ini menewaskan 39 orang, sebagian besar adalah pendukung Juventus. Insiden ini
mengakibatkan pelarangan bagi semua klub sepakbola Inggris untuk berkompetisi
di Eropa selama 5 tahun. Dan Liverpool FC dilarang mengikuti semua kompetisi
Eropa selama 10 tahun yang akhirnya dikurangi menjadi 6 tahun. Selain itu, 14
Liverpudlian didakwa bersalah atas peristiwa yang dikenal dengan Tragedi Heysel.
Setelah
peristiwa mengerikan itu, Joe
Fagan memutuskan untuk pensiun dan memberikan
tongkat manajerial selanjutnya kepada Kenny
Dalglish yang
ditunjuk sebagai manajer-pemain. Joe
Fagan menyerahkan tugas manajerial Liverpool
FC kepada Kenny
Dalglish yang pada saat itu sudah menjadi
pemain hebat tetapi masih harus membuktikan kapabilitas sebagai seorang
manajer.
Era Kenny Dalglish
Pada
masa kepemimpinan Kenny
Dalglish, Liverpool FC dibawa menjadi juara
Liga Inggris
sebanyak 3 kali dan juara Piala
FA sebanyak 2 kali, termasuk gelar ganda
juara Liga Inggris
dan juara Piala FA
pada musim kompetisi 1985-86. Bila tidak terkena sangsi dari UEFA, bisa
dipastikan Liverpool FC menjadi penantang serius untuk merebut Piala Champion
pada saat itu.
Kesuksesan Liverpool FC di masa kepemimpinan Kenny Dalglish kembali dibayangi kejadian mengerikan lainnya yaitu Tragedi Hillsborough. Pada pertandingan semi-final Piala FA melawan Nottingham Forest F.C. tanggal 15 April 1989, ratusan penonton dari luar stadion memaksa masuk ke dalam stadion yang mengakibatkan Liverpudlian yang berada di tribun terjepit pagar pembatas stadion. Hal ini mengakibatkan 94 Liverpudlian meninggal di tempat kejadian, 1 Liverpudlian meninggal 4 hari kemudian di rumah sakit dan 1 Liverpudlian lainnya meninggal dunia setelah koma selama 4 tahun.
Kesuksesan Liverpool FC di masa kepemimpinan Kenny Dalglish kembali dibayangi kejadian mengerikan lainnya yaitu Tragedi Hillsborough. Pada pertandingan semi-final Piala FA melawan Nottingham Forest F.C. tanggal 15 April 1989, ratusan penonton dari luar stadion memaksa masuk ke dalam stadion yang mengakibatkan Liverpudlian yang berada di tribun terjepit pagar pembatas stadion. Hal ini mengakibatkan 94 Liverpudlian meninggal di tempat kejadian, 1 Liverpudlian meninggal 4 hari kemudian di rumah sakit dan 1 Liverpudlian lainnya meninggal dunia setelah koma selama 4 tahun.
Akibat
Tragedi Hillsborough
ini pemerintah Inggris
melakukan penelitian kembali mengenai faktor keamanan stadion sepak bola di
negaranya. Dikenal dengan sebutan Taylor Report,
menyebutkan bahwa penyebab dari Tragedi Hillsborough
ini adalah faktor penonton yang melebihi kapasitas stadion karena kurangnya
antisipasi dari pihak keamanan. Akhirnya pemerintah Inggris mengeluarkan
undang-undang yang mewajibkan setiap klub divisi I Inggris untuk meniadakan
tribun berdiri.
Setelah
menjadi saksi hidup dari tragedi mengerikan Heysel dan Hillsborough, 'King' Kenny Dalglish
tidak pernah bisa lepas dari trauma yang menghinggapi dirinya. Akhirnya pada
tanggal 22 Februari
1990
ia mengumumkan pengunduran dirinya sebagai manajer Liverpool FC. Pengumuman
yang sangat mengejutkan dunia sepak bola pada saat itu, karena Liverpool FC
sedang bersaing ketat dengan Arsenal dalam perebutan gelar Liga
Inggris.
Alasan
yang disebutkan oleh Kenny
Dalglish pada saat itu adalah tidak bisa
lagi menghadapi tekanan dalam menahkodai Liverpool FC. Selama beberapa minggu
Liverpool FC ditangani oleh pelatih tim utama Ronnie Moran
sebelum akhirnya Liverpool FC menunjuk Graeme
Souness[21]
sebagai manajer berikutnya. 'King' Kenny
Dalglish kemudian dikenang sebagai legenda
terhebat Liverpool FC karena sangat sukses baik sebagai pemain maupun manajer.
Masa liga primer
Perginya
'King' Kenny
Dalglish dan 2 tragedi yang mengerikan (
Heysel dan Hillsborough ) sepertinya memberikan trauma, hukuman atau kutukan
yang mendalam bagi Liverpool FC. Kedatangan Graeme
Souness pun tidak mengubah peruntungan
Liverpool FC. Walaupun Souness bisa memberikan gelar Piala
FA pada tahun 1992,
tetapi dengan kebijakan transfer pemain yang kurang baik dan penerapan strategi
yang sedikit membingungkan menjadikan Liverpool tampil tidak konsisten pada
musim itu. Hal lain yang memperburuk hubungan Souness dan Liverpudlian adalah
ketika Souness menceritakan proses pemulihan kesehatannya pasca operasi jantung
kepada koran The Sun.
Seperti
diketahui bahwa masyarakat di Merseyside
memboikot koran The Sun
yang sering memojokkan Liverpudlian mengenai Tragedi Hillsborough.
Pada 28 Januari
1994,
Graeme Souness
akhirnya mengundurkan diri sebagai manajer Liverpool FC setelah tersingkir dari
Piala Liga Inggris
dan Piala FA.
Pelatih Roy Evans
ditunjuk sebagai manajer Liverpool FC selanjutnya. Liverpool FC berada di
urutan ke 8 klasemen hasil terburuk selama 29 tahun terakhir. Walaupun secara
raihan gelar juara Graeme
Souness tidak sukses, tetapi pada masa
kepemimpinannya banyak lahir talenta muda diantaranya : Robbie Fowler,
Steve McManaman,
Jamie Redknapp,
Rob Jones
dan David James.
Manajer Liverpool selanjutnya adalah pelatih senior Roy Evans yang sudah bersama Liverpool FC selama lebih dari 30 tahun. Pada musim 1994-95 Liverpool menduduki peringkat 5 Liga Primer Inggris dan berhasil menjuarai Piala Liga Inggris dengan mengalahkan Bolton Wanderers dengan skor 2-1. Roy Evans berhasil mengembalikan ciri khas permainan Liverpool yaitu pass and move. Tetapi permainan apik dan indah Liverpool FC pada masa ini tidak diimbangi determinasi dan agresifitas yang memadai dari para pemainnya, sehingga Liverpool pada masa Roy Evans sering disebut Spice Boys.
Selain
semakin matangnya pemain seperti : Robbie
Fowler, Steve
McManaman dan Jamie
Redknapp, pada masa kepelatihan Roy
Evans muncul bakat muda bernama Michael
Owen yang berhasil mencetak 18 gol dan
menjadi PFA Young Player of the Year Award pada tahun 1998.
Pada
musim kompetisi 1998-99 Liverpool FC menarik pelatih asal Perancis,
Gérard Houllier
untuk berpartner dengan Roy
Evans sebagai joint manager. Tetapi Roy
Evans merasa tidak cocok bekerjasama dengan
Houllier, sehingga mengundurkan diri pada bulan November
1998.
Setelah menjadi manajer tunggal, Houllier merombak total tim dengan memasukan
pemain seperti : Sami
Hyypia, Stephan Henchoz,
Markus Babbel,
Dietmar Hamann,
Gary McAllister
dan Emile Heskey.
Selain
muncul bintang muda Michael
Owen, Houllier juga berhasil mempromosikan
bakat muda dengan talenta luar biasa bernama Steven
Gerrard.
Pada
tahun 2001,
musim ke-2 Houllier sebagai manajer tunggal, Liverpool memenangi "Treble"
yaitu : Piala
FA, Piala Liga
and Liga Eropa UEFA
.Tahun 2001
menjadi tahun terbaik Liverpool FC setelah mengalami kemerosotan prestasi pada
tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun ini Liverpool FC berhasil meraih Piala Liga Inggris,
Piala FA,
Piala UEFA,
Community Shield
dan Piala Super UEFA.
Keberhasilan
ini memunculkan secercah harapan bagi Liverpool untuk dapat meraih gelar juara Liga Utama Inggris
yang terakhir diraih pada tahun 1990.
Pada tahun 2003
Liverpool FC berhasil meraih Piala Liga Inggris
dan menduduki peringkat ke 4 pada musim 1993-94 sehingga berhak mengikuti
kualifikasi Liga Champions UEFA.
Walaupun berhasil memberikan sejumlah gelar buat Liverpool FC, tetapi taktik
bertahan yang diterapkan Houllier dianggap tidak bisa bersaing untuk meraih
gelar Liga Inggris.
Taktik bertahan dan mengandalkan serangan balik sangat mudah diantisipasi oleh
lawan, sehingga pada 24
Mei 2004,
Gérard Houllier
digantikan oleh Rafael
Benitez.
Era Rafael Benitez
Rafael
Benitez datang ke Liverpool FC setelah
berhasil membawa Valencia
menjadi juara Liga Spanyol 2 kali dan juara Piala
UEFA. Harapan Liverpudlian untuk menjadi
juara Liga Inggris
kembali membumbung tinggi setelah Benitez berhasil membawa Liverpool FC
menjuarai Liga Champions UEFA
2004-05 untuk yang ke 5 kalinya. Pada
final yang dikenang sebagai partai terhebat sepanjang masa, Liverpool FC
berhasil mengalahkan A.C.
Milan setelah tertinggal 0-3 di babak
pertama. Tetapi gol dari kapten Steven
Gerrard, Vladimir Smicer
dan penalti Xabi
Alonso berhasil membawa Liverpool FC ke babak
perpanjangan waktu dan adu penalti. Kiper Liverpool FC Jerzy Dudek menjadi
pahlawan setelah berhasil menahan tendangan penalti Shevchenko.
Kemenangan
pada partai final Liga Champions inilah yang menjadi alasan kapten dan legenda
hidup Liverpool FC Steven Gerrard untuk tidak pindah ke klub lain. Keputusan
yang disambut gembira oleh para Liverpudlian. Liverpool FC kemudian dibawa
Rafael Benitez untuk menjadi juara Piala
Super Eropa dengan mengalahkan juara Piala
UEFA CSKA Moskwa
dengan skor 3-1.
Piala
FA tahun 2006 menjadi piala terakhir yang dipersembahkan oleh Rafael Benitez
untuk Liverpool FC. Dalam perjalanan menuju final piala FA, Liverpool FC
mengalahkan Luton
Town dengan skor 5-3, Manchester United
1-0, Birmingham City
7-0 dan mengalahkan Chelsea
2-1 di semi-final. Di partai final Liverpool FC berhasil mengalahkan West Ham United dengan Steven Gerrard
sebagai Man Of The Match.
Steven
Gerrard memberi umpan untuk gol pertama, melakukan tendangan voli untuk gol ke
2 dan melakukan tendangan jarak jauh yang fenomenal pada menit ke 91. Dengan
skor 3-3 akhirnya pertandingan dilanjutkan dengan babak perpanjangan waktu dan
adu penalti. Walaupun selama pertandingan kiper Pepe
Reina beberapa kali melakukan kesalahan
fatal, tetapi pada saat adu penalti berhasil menahan 3 dari 4 tendangan pemain
West Ham United. Final Piala FA ini disebut sebagai 'Final-nya Gerrard' dan
dicatat sebagai partai final terbaik di era modern Piala FA.
Setelah
memenangi Community
Shield tahun 2006 dan berhasil mencapai final
Liga Champions 2007, musim-musim berikutnya menjadi musim tanpa gelar bagi
Rafael Benitez dan Liverpool FC. Satu-satunya kabar yang menggembirakan bagi
Liverpudlian adalah kembalinya 'King' Kenny Dalglish untuk membidani Liverpool
FC Youth Academy pada tahun 2009. Akhirnya Rafael Benitez berhenti pada tanggal
3 Juni 2010 dan digantikan oleh manajer Fulham
yaitu Roy Hodgson.
Pada
masa kepemimpinan Rafael Benitez, Liverpool FC mengalami 2 kali peralihan
kepemilikan klub. Yang pertama pada tahun 2007 ketika dibeli oleh George
Gillett dan Tom Hicks dan
pada tahun 2010 ketika Liverpool FC di ambil alih New England Sports Ventures
milik John W. Henry].
Era Roy Hodgson
Pada
tanngal 1 Juli 2010 Roy
Hodgson resmi menangani Liverpool FC
selama tiga tahun. Pada keterangan pers Roy Hodgson mengatakan sangat bangga
bisa menangani klub sebesar Liverpool FC dan tidak sabar untuk bertemu dengan
para pemain, Liverpudlian dan ingin segera bekerja di Melwood. Tetapi situasi
di Liverpool FC pada saat itu masih sangat tidak menentu karena sedang dalam
masa peralihan kepemilikan. Hiruk pikuk berita tentang kebangkrutan klub dan
proses peralihan yang berkepanjangan sangat memengaruhi suasana di Liverpool FC
pada saat itu. Liverpool FC pun akhirnya mengawali musim 2010-11 dengan sangat
buruk.
Sampai
pertengahan bulan Oktober Liverpool FC berada di zona degradasi dan kalah dari
klub divisi II Northampton Town.
Selain itu Liverpool FC menghadapi ancaman pengurangan 9 poin dari FA bila
tidak bisa menyelesaikan situasi internal. Akhirnya pada bulan Januari 2011
Liverpool FC dan Roy Hodgson sepakat untuk mengakhiri kerjasama dan posisi
manajer selanjutnya dijabat oleh 'King' Kenny Dalglish untuk yang ke 2 kalinya
sampai akhir musim.
Kembalinya sang raja
Tepat
tanggal 8 Januari
2011
Kenny Dalglish
resmi menjabat sebagai manajer Liverpool FC untuk yang ke 2 kalinya. Walaupun
pada pertandingan perdana mengalami kekalahan di Piala FA, tetapi 'King' Kenny
Dalglish berhasil mengembalikan performa pemain dan ciri khas 'pass and move'
Liverpool FC. Buktinya 'King' Kenny Dalglish berhasil mengangkat Liverpool FC
dari zona degradasi ke posisi 6 klasemen sementara Liga Inggris.
Hasil
ini tidak lepas dari keberanian 'King' Kenny Dalglish untuk menjual pemain
bintang seperti Fernando
Torres kemudian membeli Luis Suarez dari Ajax Amsterdam
dan Andy Carroll
dari Newcastle
United. Keberanian dalam hal memasang pemain
muda seperti: Martin
Kelly, Jay
Spearing, dan Danny Wilson
pun layak diacungi jempol. Raihan inilah yang membuat banyak pihak mendesak
agar 'King' Kenny Dalglish di kontrak secara permanen sebagai manajer Liverpool
FC.
Setelah
mengakhir liga di posisi ke-8 pada musim 2011-12, posisi terburuk di liga
selama 18 tahun terakhir, Dalglish diberhentikan sebagai manajer Liverpool. Dalglish
digantikan oleh manajer Swansea City
yaitu Brendan
Rodgers.
Tragedi
Klub
ini juga terlibat dalam dua tragedi besar dalam sepak bola Eropa, yaitu dalam Tragedi Heysel
pada 1985
dan Tragedi Hillsborough
pada 1989.
Tragedi Heysel mengakibatkan klub-klub dari Inggris dilarang tampil di ajang
kejuaraan Eropa selama 5 tahun.
Lambang
Lambang
'Liver Bird' pertama kali muncul di seragam Liverpool FC pada partai final
Piala FA tahun 1950. Lambang yang secara signifikan telah menjadi bagian dari
perjalanan panjang Liverpool FC. Lambang Liverpool ini mengalami perubahan
pertama pada musim kompetisi 1955-56 dimana gambar 'Liver Bird' berada di dalam
lingkaran ouval dan tulisan L.F.C berada di bawah 'Liver Bird'. Lambang versi ini
bertahan sampai tahun 1968.
Pada
tahun 1968 diambil keputusan untuk memperkenalkan lambang klub yang lebih
modern. Lambang 'Liver Bird' langsung disulam ke seragam pemain dengan
menyingkirkan garis pijakan pada kaki 'Liver Bird' dan menghilangkan lingkaran
ouval. Lambang ini bertahan sampai tahun 1987, dimana pada tahun 1985 sponsor
seragam berubah dari UMBRO kepada ADIDAS.
Seiring dengan perubahan sponsor seragam, maka lambang Liverpool pada tahun 1987 mengalami perubahan yang ke 3. Lambang 'Liver Bird' kembali berada di dalam tameng seperti lambang Liverpool FC yang pertama, tetapi kali ini penulisan Liverpool Football Club di bawah 'Liver Bird' tidak di singkat. Lambang ini bertahan sampai tahun 1992, dimana Liverpool FC akan mengadakan perayaan hari jadi yang ke 100 tahun.
Seiring dengan perubahan sponsor seragam, maka lambang Liverpool pada tahun 1987 mengalami perubahan yang ke 3. Lambang 'Liver Bird' kembali berada di dalam tameng seperti lambang Liverpool FC yang pertama, tetapi kali ini penulisan Liverpool Football Club di bawah 'Liver Bird' tidak di singkat. Lambang ini bertahan sampai tahun 1992, dimana Liverpool FC akan mengadakan perayaan hari jadi yang ke 100 tahun.
Untuk
merayakan 100 tahun Liverpool FC, lambang klub mengalami perubahan yang cukup
signifikan. Penambahan ornamen 'Shankly Gates' dengan tulisan 'You'll Never
Walk Alone' di atas tameng 'Liver Bird' dimaksudkan untuk mengingatkan jasa
manajer Bill Shankly yang telah menjadi pondasi kokoh bagi Liverpool FC. Di
dalam tameng terdapat tulisan Liverpool Football Club 100 tahun dan lambang
'Liver Bird'. Kemudian di bawah tameng ada tulisan angka 1892-1992.
Tahun
1993 lambang klub kembali berubah dengan penambahan kobaran api kembar di kedua
sisi tameng 'Liver Bird'. Kobaran api kembar ini untuk mengenang para
Liverpudlian yang menjadi korban pada tragedi Hillsborough.[33]
Lambang Liverpool terakhir ini tidak banyak mengalami perubahan sampai dengan
tahun 1999. Lambang Liverpool FC yang sekarang ini dibuat pada tahun 1999 hanya
dengan komposisi 2 warna. Tetapi sejak tahun 2002, lambang Liverpool FC dibuat
dengan 'full colour' seperti sekarang ini.
Prestasi
Total
Liverpool telah mengoleksi 18 tropi Liga Utama Inggris. Selama 16 tahun Premiere
League bergulir, Liverpool belum pernah memenangkan title tersebut
sekalipun. Liverpool memegang rekor 7 tropi juara Piala Liga,
selisish 2 dengan Aston
Villa. Liverpool pernah meraih gelar ganda
dengan menjuarai Liga dan Piala
FA pada tahun 1986. Mereka juga pernah
memenangkan tiga trophi dalam satu musim sebanyak 2 kali – yang pertama mereka
memenangkan Liga Inggris, Piala Liga dan Piala
Champion pada tahun 1984, serta pada tahun
2001 dengan meraih Piala FA, Piala Liga dan Piala
UEFA. Liverpool juga pernah meraih gelar
ganda eropa dengan menjuarai Liga dan Piala Champion eropa pada tahun 1977.
Hingga
saat ini Liverpool telah mengkoleksi 5 tropi Liga
Champion yang merupakan terbanyak di
Inggris serta ketiga terbanyak di dari seluruh klub dibawah Real
Madrid dan AC
Milan. Dengan meraih tropi Liga Champion ke 5
pada tahun 2005, Liverpool berhak mengenakan UEFA Badge of Honour, serta
berhak memiliki tropi secara permanen. Liverpool pernah menerima anugerah dari
World Soccer Magazine sebagai Team of the Year pada 2001 dan 2005 serta gelar BBC
Sports Personality of the Year Team pada tahun 1977, 1986 dan 2001.
Liverpool
adalah klub terbaik Inggris abad
ke-20 menurut International
Federation of Football History and Statistics (IFFHS).
Untuk tingkat dunia, Liverpool berapa di urutan ke-7 sebegai klub terbaik abad
ke-21 setelah Barcelona,
Manchester United,
Arsenal,
Real Madrid,
Inter Milan,
dan Bayern München.
- Liga Utama Inggris : Juara (18)
- 1900–01, 1905–06, 1921–22, 1922–23, 1946–47, 1963–64, 1965–66, 1972–73, 1975–76, 1976–77, 1978–79, 1979–80, 1981–82, 1982–83, 1983–84, 1985–86, 1987–88, 1989–90
- Liga Championship Inggris: Juara (4)
- 1893–94, 1895–96, 1904–05, 1961–62
- Liga Lancashire : Juara (1)
- 1892–93
- Liga Champions UEFA : Juara (5)
- 1976–77 3–1 vs. Borussia Mönchengladbach
- 1977–78 1–0 vs. Club Brugge
- 1980–81 1–0 vs. Real Madrid
- 1983–84 1–1 (4–2 melalui adu penalti) vs. AS Roma
- 2004–05 3–3 (3–2 melalui adu penalti) vs. AC Milan
- Liga Eropa UEFA: Juara (3)
- 1972–73, 1975–76, 2000–01
- Piala FA : Juara (7)
- 1964–65, 1973–74, 1985–86, 1988–89, 1991–92, 2000–2001, 2005–2006
- Piala Remaja FA : Juara (2)
- 1995–96, 2006–07
- Piala Liga : Juara (8)
- 1980–81, 1981–82, 1982–83, 1983–84, 1994–95, 2000–01, 2002–03, 2011–12
- Charity Shield : Juara (15)
- 1963–64, 1964–65, 1965–66, 1973–74, 1975–76, 1976–77, 1978–79, 1979–80, 1981–82, 1985–86, 1987–88, 1988–89, 1989–90, 2000–01, 2005–06
- Piala Super Eropa : Juara (3)
- 1977, 2001, 2005
- Piala Super : Juara (1)
- 1985–86
- Divisi Satu untuk Cadangan : Juara (16)
- 1956–57, 1968–69, 1969–70, 1970–71, 1972–73, 1973–74, 1974–75, 1975–76, 1976–77, 1978–79, 1980–81, 1981–82, 1983–84, 1984–85, 1989–90, 1999–2000
Gelar double dan treble
Liverpool
berhasil mendapatkan treble winner, Liverpool mendapatkan dua gelar domestik (Piala Liga
dan Piala FA)
dan Piala UEFA
pada musim 2000-01. Meskipun begitu, memenangi treble bukanlah hal yang baru
bagi mereka. Pada 1984 mereka menjadi juara Piala
Champions, Piala Liga dan Liga Inggris.
Double/Treble
|
Jml
|
Tahun
|
Piala Liga dan
Piala FA
|
1
|
1985–86
|
Juara Liga dan
Piala Liga
|
2
|
1981–82,
1982–83
|
1
|
1976–77
|
|
Liga dan Liga
Eropa UEFA
|
2
|
1972–73,
1975–76
|
Piala Liga dan
Liga Champions UEFA
|
1
|
1980–81
|
Liga, Piala
Liga dan Liga Champions UEFA
|
1
|
1983–84
|
Piala FA,
Piala Liga and Liga Eropa UEFA
|
1
|
2000–01
|
Untuk kompetisi
pendek seperti Charity/Community Shield
dan Piala Super UEFA
pada umumnya tidak dianggap dalam memberikan kontribusi terhadap Double atau
Treble.
CASINO HOTEL RACING CASINO - Mapyro
BalasHapusCASINO 순천 출장샵 HOTEL RACING CASINO in 천안 출장샵 Las Vegas NV 89109 US. 남양주 출장마사지 Find reviews and discounts for 울산광역 출장안마 AAA/AARP members, 태백 출장마사지 seniors, long stays & military.